BUDAYA "BOSO WALIKAN" KOTA MALANG

13.45

    Hello readers! Kalau kalian sedang berkunjung ke Kota Malang jangan lupakan salah satu budaya Malang yang pasti akan kalian temui. Misalnya saja, saat keluar dari bandara, stasiun atau terminal, kalian ingin beli minum, jangan asing mereka akan bertanya "Orip mbak botol e?" atau "Tuku orip sam?" Bicara apa ya mereka? Inilah salah satu budaya Indonesia yang melekat bahkan menjadi identitas Kota Malang. Yap, bahasa yang dibalik atau terkenal dengan "Boso Walikan". Nyaris semua kalangan menggunakan budaya ini. Mari kita kupas lebih dalam.
  • Sejarah
    Diawali pada jaman penjajahan kolonial Belanda. Banyak terjadi pergolakan antara bangsawan dengan pribumi. Bahkan yang kawan bisa jadi lawan. Untuk mensiasati hal ini, para bangsawan belajar banyak bahasa Indonesia dan bahasa Jawa guna mendapat informasi dari perbincangan kaum pribumi. Mereka mendengarkan taktik apa yang akan digunakan kaum pribumi.Selain itu,  Belanda memiliki banyak kaki tangan dari bangsa pribumi sendiri. Mereka menjadi mata mata untuk Belanda.

    Guna menghindari kebocoran informasi ini, kaum pribumi tidak akan tinggal diam. Taktik lain mereka gunakan. Dengan membalik bahasa yang mereka komunikasikan. Tidak ada bahasa khusus maupun kode khusus. Hanya saja mengubah kebiasaan membaca, yang awalnya dari kiri ke kanan kini dibaca dari kanan ke kiri. Misalnya saya "sekolah" bisa dibaca menjadi "halokes". Namun hanya kata yang lazim dan mudah dilafalkan saja yang pembacannya dibalik, kata yang sulit dilafalkan sepetrti "berlari" tidak akan dibalik menjadi "iralreb". Hal ini semakin mempersulit para mata mata Belanda yang berkedok pribumi maupun bangsa Belanda itu sendiri untuk mencuri informasi dari rapat geriliya. 

  • Penggunaan
   Bahasa "walikan" masih tetap digunakan sampai sekarang, banyak sekali dijumpai di setiap sudut Kota Malang. Para pemudanya pun tidak luput dalam melestarikan budaya ini. Bahasa yang sudah menjadi identitas Aremania dan Aremanita ini sangat lazim terdengar dan diucapkan di mana saja anda berada. Misalnya saja pada acara Arema itu sendiri
sumber http://www.imgrum.net/media/1280227541102037227_1795526938 
  Poster ini guna merayakan "ngalunuhat" atau ulang tahun Arema pada 11 Agustus 2016 silam. Terdapat boso walikan lainnya, yaitu "nawak" yang berarti kawan.

   Media sosial juga marak menggunakan bahasa walikan ini, salah satu contohnya adalah akun instagram milik @ikimalang yang mempost quotes ala Malang dengan boso walikan khasnya.


  Selain itu media sosial yang memanfaatkan jual beli merchandise ala Kota Malang juga menggunakan ikon boso walikan ini agar terkesan menarik dan merakyat. Beberapa akun yang mengandung unsur boso walikan diantaranya adalah akun @soakngalam dan akun @oyisam yang toko offline nya juga dapat ditemui di beberapa sudut Kota Malang 


   Dan akun instagram yang tidak kalah trendy diantara remaja remaja Kota Malang adalah salah satu akun penyewaan sport camera dengan nama @ngalamstore.


   Menarik bukan? Bahasa ini memang masih trendy di Kota Malang. Bahkan pada saat anda menemui pelajar, tidak jarang mereka akan mengatakan salah satu boso walikan nya. Seperti "ayas halokes" , "umak kipa" , "oyi tok sam". Mereka merasa bangga dengan bahasa ini karena inilah identitas mereka. Tidak hanya kalangan pelajar saja yang menggunakan bahasa ini, bahkan Walikota Malang atau yang sering disapa Abah Anton ini juga bangga dengan pemakaian boso walikan. Dapat dijumpai di akun instagramnya @abah_anton_n1 saat merayakan ulang tahun Arema ke 29.
tertulis Ongis Nade atau Singo Edan yang biasanya sebagai Maskot Arema

   Jadi, budaya yang digunakan pada masa penjajahan ini masih terjaga sampai sekarang. Kota Malang menjadi subyek pelestari budaya ini. Poster, banner, baju, bahkan sosial media di smartphone menjadi saluran dalam pelestariannya. Tak jarang kita melihat sticker LINE dengan tajuk Kota Ngalam, banner pembayarn pajak dengan boso walikan, dan quotes para remaja dengan unsur lucunya menggunakan bahasa ini juga. Mereka bangga  dan menjadikannya identitas. Boso Walikan. "Ngalam kipa, ker!"



Ditulis oleh
Dymi Marsa L.C
B-KOM-1
Kelompok 28
165120200111024
Universitas Brawijaya

You Might Also Like

0 komentar